Powered By Blogger

Ayoo Ikutan...

Ayoo Ikutan...
Lomba...

DUNIA

Super Koplok Si Sahaeta

Pribadi Gw...

Foto saya
Pemalu dan Pendiam. Dua kata ini banyak orang yang tidak percaya. Apa lagi seseorang yang sudah mengenal dekat pribadi gw. Mereka pasti mencaci-maki, menghardik, menghina bahkan yang lebih parah lagi mungkin saja mereka muntah-muntah karena ketidakpercayaan itu. Tapi,biarkan saja bagi mereka yang tidak percaya sama gw. Peduli amat dengan kepercayaan yang mereka lakukan. Yang Pasti, sesuai dengan akte kelahiran gw dan keterangan yang sudah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa diri gw memang Pemalu dan Pendiam, titik.

06 Februari 2009

Kabar Para Matahari...



Pagi ini, cuaca masih saja mendung. Rintik hujan yang tak kunjung reda memaksaku untuk tetap berjalan menuju kantor. Seperti biasa, setelah terbangun pagi tadi, HP menjadi tujuan utamaku. Sekedar melihat pesan pendek yang belum terbaca. Ehm...tidak ada perintah hari ini. Tapi, seorang kawan memberikan kabar melalaui teleponnya jika IPDN diduga sedang berbuat ulah, kembali.

"Mang, praja IPDN aya nu maot deui. Saha budak SINDO anu ka ditu?," kata dia.

Sekejap, otakku langsung berfikir siapa yang akan ditugaskan kesana. "oh, nyak mang, engke urang ningali heula saha anu kaditu. Nuhun info na," ucapku.

Informasi ini langsung menjadi pikiran awal untuk hari ini dan siapa yang akan mengambilnya nanti. Sempat terfikir, "Matahari" itu yang bisa menggarap habis kejadian-kejadian besar di IPDN. Tapi, secepat kilat juga keinginan itu terhenti. Tidak mungkin lagi penugasan ini ku serahkan padanya. Karena, "Matahari" itu sudah tidak lagi dipihakku.

Ach..."gw aja gitu yang merapat kesana," Keinginan ini sempat terbesit dalam hatiku. Tapi, aku coba memberikan kabar ini kepada sejumlah rekan yang mungkin sedang berada dilapangan dan masih teringat percakapan semalam, seorang kawan meminta penugasan jika memang dibutuhkan.

Tanpa basa-basi, diriku langsung mengirimkan sms dan memberikan informasi awal yang ku peroleh tadi. "Mang, praja IPDN ada yang tewas lagi. Tolong dicek, amankan foto-fotonya. Mendagri juga ada di IPDN," pintaku untuk menggarap bahan berita ini.

Setalah merasa "aman" memberikan penugasan ini, aku langsung bergegas pergi ke kantor. Walaupun, sebenarnya tidak terlalu yakin dengan permintaan yang kuberikan padanya. Dan, ternyata memang benar, penugasan ini "dilempar" kembali ke teman yang lainnya.

"Mang kumaha ieu, urang dititah ka IPDN? trus, kemilau Jabar kumaha?,"
"Saha anu nitah? Udah, tetap garap Kemilau Jabar, Yang IPDN sudah ada yang ditugaskan" kataku

Keinginan untuk terjun langsung kelapangan langsung hilang dengan rasa kekesalan. Ketegaskan kembali kulakukan melalui SMS. "Ka, ente garap IPDN, Rudini tetap garap Kemilau Jabar. Ugi, bahan sosok minggu ini siapa?" isi SMS-nya.

Perlakukan seperti ini menjadi sulit dan beban tersendiri bagi diriku. Longgarnya peraturan tidak bisa membuatku berbuat banyak. Wajar, kalau semua "Matahari" yang ada telah terbenam dan menghilang dalam kegelapan. Tapi, tetap saja penugasan ini harus diselesaikan dengan profesional.

Dalam perjalanan ke kantor, aku sempat melamun. Seandainya saja, "matahari-matahari" itu masih ada, mungkin tidak akan serepot ini. Tidak pernah merasa "Panas". Jalan-jalan pasti akan tetap mendapatkan sinarnya yang terang. Khayalan ini menjadi keinginan untuk mengembalikannya seperti semula.

Namun, aku tidak ingin menjadi gelap karena ditinggalkan mereka. Masih ada "Matahari" lain yang tersisa. Bahkan, mungkin saja sinarnya lebih terang dari yang pernah ada. Teruslah bersinar para "Matahari". Tidak ada yang beda dari kalian.

Sukses kawans, BRAVO....


Tidak ada komentar: