Powered By Blogger

Ayoo Ikutan...

Ayoo Ikutan...
Lomba...

DUNIA

Super Koplok Si Sahaeta

Pribadi Gw...

Foto saya
Pemalu dan Pendiam. Dua kata ini banyak orang yang tidak percaya. Apa lagi seseorang yang sudah mengenal dekat pribadi gw. Mereka pasti mencaci-maki, menghardik, menghina bahkan yang lebih parah lagi mungkin saja mereka muntah-muntah karena ketidakpercayaan itu. Tapi,biarkan saja bagi mereka yang tidak percaya sama gw. Peduli amat dengan kepercayaan yang mereka lakukan. Yang Pasti, sesuai dengan akte kelahiran gw dan keterangan yang sudah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa diri gw memang Pemalu dan Pendiam, titik.

13 Agustus 2009

Papa Jangan Marahi Cinta Terus…


Dua hari ini, suasana rumahku masih dalam keadaan kelam. Situasinya dingin, tidak ada yang ketawa, tidak ada yang senyum, bahkan tidak ada yang ramah. Teriakan, papa dan mama yang marah masih teringat dalam benakku. Entah sejak kapan, semua ini berawal. Seingatku, dulu…saat aku masih kecil. Tidak ada yang marah dan emosi seperti ini.


Mungkin ini karena aku juga. Tapi, kenapa semuanya harus seperti ini. Aku hanya ingin semuanya sayang sama aku. Aku Cuma ingin dimanja, aku Cuma ingin diperhatikan seperti adik. Tapi, mungkin mereka tidak mengerti. Mereka tidak memahami apa yang aku pikirkan.


Jujur, sebenarnya aku tidak ingin semua ini terjadi. Tindakan Papa yang suka pukul aku, Mama yang suka nyentak dan marahi aku, dan masih banyak lagi tindakan mereka yang aku tidak suka. Terkadang aku didiamkan seharian, tidak ditanya, tidak ditawari makan, apalagi diajak bercanda. Yang aku dapat hanyalah raut wajah mereka yang tidak bersahabat.


Papa, Mama jangan marahi Cinta terus. Cinta sayang sama Papa, Cinta sayang sama Mama. Cinta pengen liat Papa sama Mama ketawa. Cinta pengen liat Papa dan Mama bercanda. Cinta Senang kalau Papa ketawa, Cinta juga senang kalau liat Mama senyum.


Cinta udah lama gak pernah liat Papa dan Mama senang.


Papa…Mama…Maafin Cinta. Semua ini Cuma komunikasi kita yang tidak pernah saling mengerti. Papa….Mama….Cinta mau, kalian berfikir dengan cara Cinta.

Cinta tau, pola pikir Cinta masih anak-anak. Tapi, itulah Cinta. Aku masih anak kecil, masih butuh perhatian dan kasih sayang kalian. Hati-hatilah berbicara sama Cinta. Jangan samakan Cinta dengan orang dewasa. Cinta mau nurut sama Papa dan Mama. Cinta mau patuh sama Papa dan Mama. Cinta dengerin dan kerjakan semua keinginan Papa dan Mama. Tapi, perhatikan juga Cinta.


Cinta juga tau, marahnya Papa dan Mama punya maksud baik buat Cinta. Papa dan Mama punya cita-cita untuk Cinta. Tapi, jangan marah sama Cinta karena nafsu dan emosi.


Papa….Mama….Harus doain Cinta supaya bisa lebih baik. Cinta pengen jadi anak Papa dan Mama. Cinta pengen diurus dan dibesarkan sama Papa dan Mama. Cinta bangga dengan Papa dan Mama. Cinta sayang kalian, Cinta sayang Lateefa, Cinta sayang Papa dan Cinta juga sayang banget sama Mama.

Papa….Mama…Maafin Cinta…Maafin Cinta….

Doakan Papa jadi orang tua yang baik. Maafkan Papa atas kesalahan Papa selama ini. Papa juga sayang Cinta dan Papa juga yakin, Mama sangat sayang dengan Cinta.

I Love U….Cinta

I Love U….Mama

I Love U….Lateefa

16 Februari 2009

ANJING......Manajemen......!!!!!



Mana yang katanya besar....???
Mana yang katanya sedang Berlari....???
Mana yang katanya Merangkak untuk berdiri tegak....???

Semuanya Cuma Satu....!!!
Bullshit....!!!
Anjing....Manajemen...!!!

Tidak ada lagi yang bisa membuat besar
Tidak ada lagi yang bisa membuat berlari
dan Tidak ada lagi yang bisa membuat merangkat untuk bisa berdiri tegak....

Sekali Lagi....
Cuma Satu....
Anjing....Manajemen....!!!

06 Februari 2009

Kabar Para Matahari...



Pagi ini, cuaca masih saja mendung. Rintik hujan yang tak kunjung reda memaksaku untuk tetap berjalan menuju kantor. Seperti biasa, setelah terbangun pagi tadi, HP menjadi tujuan utamaku. Sekedar melihat pesan pendek yang belum terbaca. Ehm...tidak ada perintah hari ini. Tapi, seorang kawan memberikan kabar melalaui teleponnya jika IPDN diduga sedang berbuat ulah, kembali.

"Mang, praja IPDN aya nu maot deui. Saha budak SINDO anu ka ditu?," kata dia.

Sekejap, otakku langsung berfikir siapa yang akan ditugaskan kesana. "oh, nyak mang, engke urang ningali heula saha anu kaditu. Nuhun info na," ucapku.

Informasi ini langsung menjadi pikiran awal untuk hari ini dan siapa yang akan mengambilnya nanti. Sempat terfikir, "Matahari" itu yang bisa menggarap habis kejadian-kejadian besar di IPDN. Tapi, secepat kilat juga keinginan itu terhenti. Tidak mungkin lagi penugasan ini ku serahkan padanya. Karena, "Matahari" itu sudah tidak lagi dipihakku.

Ach..."gw aja gitu yang merapat kesana," Keinginan ini sempat terbesit dalam hatiku. Tapi, aku coba memberikan kabar ini kepada sejumlah rekan yang mungkin sedang berada dilapangan dan masih teringat percakapan semalam, seorang kawan meminta penugasan jika memang dibutuhkan.

Tanpa basa-basi, diriku langsung mengirimkan sms dan memberikan informasi awal yang ku peroleh tadi. "Mang, praja IPDN ada yang tewas lagi. Tolong dicek, amankan foto-fotonya. Mendagri juga ada di IPDN," pintaku untuk menggarap bahan berita ini.

Setalah merasa "aman" memberikan penugasan ini, aku langsung bergegas pergi ke kantor. Walaupun, sebenarnya tidak terlalu yakin dengan permintaan yang kuberikan padanya. Dan, ternyata memang benar, penugasan ini "dilempar" kembali ke teman yang lainnya.

"Mang kumaha ieu, urang dititah ka IPDN? trus, kemilau Jabar kumaha?,"
"Saha anu nitah? Udah, tetap garap Kemilau Jabar, Yang IPDN sudah ada yang ditugaskan" kataku

Keinginan untuk terjun langsung kelapangan langsung hilang dengan rasa kekesalan. Ketegaskan kembali kulakukan melalui SMS. "Ka, ente garap IPDN, Rudini tetap garap Kemilau Jabar. Ugi, bahan sosok minggu ini siapa?" isi SMS-nya.

Perlakukan seperti ini menjadi sulit dan beban tersendiri bagi diriku. Longgarnya peraturan tidak bisa membuatku berbuat banyak. Wajar, kalau semua "Matahari" yang ada telah terbenam dan menghilang dalam kegelapan. Tapi, tetap saja penugasan ini harus diselesaikan dengan profesional.

Dalam perjalanan ke kantor, aku sempat melamun. Seandainya saja, "matahari-matahari" itu masih ada, mungkin tidak akan serepot ini. Tidak pernah merasa "Panas". Jalan-jalan pasti akan tetap mendapatkan sinarnya yang terang. Khayalan ini menjadi keinginan untuk mengembalikannya seperti semula.

Namun, aku tidak ingin menjadi gelap karena ditinggalkan mereka. Masih ada "Matahari" lain yang tersisa. Bahkan, mungkin saja sinarnya lebih terang dari yang pernah ada. Teruslah bersinar para "Matahari". Tidak ada yang beda dari kalian.

Sukses kawans, BRAVO....


04 Februari 2009

Kembali Hilang II....


"Gi, ente keur sibuk teu?,"
"Heunte, kunaon?"
"Lamun heunteu Urang rek ngobrol, ayeuna urang di tukang,"
"Ehm...okelah,"

Percakapan singkat ini terjadi, setelah Samsung hitam milikku bergetar dimejanya dan langsungku angkat. Percakapan ini kembali mengingatkan akan terjadi sesuatu. Tanpa, basa-basi diriku langsung beranjak dari meja dan membawa dua hp milikku untuk menghampirinya yang sudah duduk disofa belakang.

Arrggghhhhh.....lagi-lagi obrolan ini menjadi serius dan menjadi lebih serius setelah diriku mendengar keputusannya. "Muali isukan, sigana urang geus moal didieu,"....

Hah...kembali tidak bisa menahan, tidak bisa berbuat banyak dan tetap berusaha untuk menjadi pendengar setia. Mengikuti keputusannya yang sudah bulat untuk lepas dari sini. Sama seperti sejumlah kawan yang sudah mendahuli langkah "pelepasan" ini.

Anjing...........

Ada yang bisa melakukan sesuatu tidak dengan keberadaan sekarang. Apa memang disengaja untuk dikebiri dan menginginkan kekacauan. Diriku tidak bisa melakukan banyak untuk kejadian ini. Dan, mungkin hal serupa akan kembali terjadi, besok, lusa, minggu depan, dan puncaknya bulan depan.

Ehm....selamat jalan kawans. Sekali lagi, selamat. Posisimu, tidak membuat diriku dendam sedikit pun. Gw hanya menyesalkan kondisi yang ada diatas kita. Semoga keburukan ini tidak berangsur lama. Goodbye .....

21 Januari 2009

"....Aku dah Gak Kuat Lagi...,"


Andai semua bisa berucap lantang. Diriku bakal mengatakan TIDAK. Tapi, semua ini terus saja mengalir tanpa batas. Tidak bisa ditahan.

Semuanya semakin surut. Tidak pernah ada lagi gelombang keyakinan. Tidak pernah ada lagi hembusan semangat. Semuanya, hening untuk menunggu. Seakan semuanya sedang menanti malaikat menjemput.

Hah...tidak ada yang bisa menjawab semua kepastian ini. Hanya bisa menunggu. Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Tenaga yang ada sudah habis termakan impian. Keinginan untuk melanjutkan tidur ini, sepertinya semakin kuat. Udara diluar mungkin yang memaksa untuk melanjutkan peristirahatan itu.

Ehm...tidak bisa berbuat banyak dengan persidangan alam ini. Tidak ada yang bisa melawan juga dengan hakim yang ada didepannya. Padahal, meja hijau itu tidak terlihat. Namun, vonis yang diberikan lebih memuaskan dari hukuman mati sekali pun.

Malam ini, tanda-tanda peristirahatan itu semakin besar. Tanpa disadari, proses peradilan alam terus berlangsung. Semakin banyak yang berfikir. Mungkin, semakin banyak juga yang ingin melakukan pembelaan dalam pengadilan ini. Butuh seorang pangacara luar biasa agar kasus ini terlepas dari jerat hukum yang ada.

"....Aku dah Gak Kuat Lagi,"...isi SMS yang masuk ke HP-ku malam ini. Beberapa jam sebelumnya, SMS serupa juga mengabarkan perpisahan. Apakah ini tanda untuk perpisahan juga???

Ehm....Selamat Malam....