Powered By Blogger

Ayoo Ikutan...

Ayoo Ikutan...
Lomba...

DUNIA

Super Koplok Si Sahaeta

Pribadi Gw...

Foto saya
Pemalu dan Pendiam. Dua kata ini banyak orang yang tidak percaya. Apa lagi seseorang yang sudah mengenal dekat pribadi gw. Mereka pasti mencaci-maki, menghardik, menghina bahkan yang lebih parah lagi mungkin saja mereka muntah-muntah karena ketidakpercayaan itu. Tapi,biarkan saja bagi mereka yang tidak percaya sama gw. Peduli amat dengan kepercayaan yang mereka lakukan. Yang Pasti, sesuai dengan akte kelahiran gw dan keterangan yang sudah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa diri gw memang Pemalu dan Pendiam, titik.

13 Agustus 2009

Papa Jangan Marahi Cinta Terus…


Dua hari ini, suasana rumahku masih dalam keadaan kelam. Situasinya dingin, tidak ada yang ketawa, tidak ada yang senyum, bahkan tidak ada yang ramah. Teriakan, papa dan mama yang marah masih teringat dalam benakku. Entah sejak kapan, semua ini berawal. Seingatku, dulu…saat aku masih kecil. Tidak ada yang marah dan emosi seperti ini.


Mungkin ini karena aku juga. Tapi, kenapa semuanya harus seperti ini. Aku hanya ingin semuanya sayang sama aku. Aku Cuma ingin dimanja, aku Cuma ingin diperhatikan seperti adik. Tapi, mungkin mereka tidak mengerti. Mereka tidak memahami apa yang aku pikirkan.


Jujur, sebenarnya aku tidak ingin semua ini terjadi. Tindakan Papa yang suka pukul aku, Mama yang suka nyentak dan marahi aku, dan masih banyak lagi tindakan mereka yang aku tidak suka. Terkadang aku didiamkan seharian, tidak ditanya, tidak ditawari makan, apalagi diajak bercanda. Yang aku dapat hanyalah raut wajah mereka yang tidak bersahabat.


Papa, Mama jangan marahi Cinta terus. Cinta sayang sama Papa, Cinta sayang sama Mama. Cinta pengen liat Papa sama Mama ketawa. Cinta pengen liat Papa dan Mama bercanda. Cinta Senang kalau Papa ketawa, Cinta juga senang kalau liat Mama senyum.


Cinta udah lama gak pernah liat Papa dan Mama senang.


Papa…Mama…Maafin Cinta. Semua ini Cuma komunikasi kita yang tidak pernah saling mengerti. Papa….Mama….Cinta mau, kalian berfikir dengan cara Cinta.

Cinta tau, pola pikir Cinta masih anak-anak. Tapi, itulah Cinta. Aku masih anak kecil, masih butuh perhatian dan kasih sayang kalian. Hati-hatilah berbicara sama Cinta. Jangan samakan Cinta dengan orang dewasa. Cinta mau nurut sama Papa dan Mama. Cinta mau patuh sama Papa dan Mama. Cinta dengerin dan kerjakan semua keinginan Papa dan Mama. Tapi, perhatikan juga Cinta.


Cinta juga tau, marahnya Papa dan Mama punya maksud baik buat Cinta. Papa dan Mama punya cita-cita untuk Cinta. Tapi, jangan marah sama Cinta karena nafsu dan emosi.


Papa….Mama….Harus doain Cinta supaya bisa lebih baik. Cinta pengen jadi anak Papa dan Mama. Cinta pengen diurus dan dibesarkan sama Papa dan Mama. Cinta bangga dengan Papa dan Mama. Cinta sayang kalian, Cinta sayang Lateefa, Cinta sayang Papa dan Cinta juga sayang banget sama Mama.

Papa….Mama…Maafin Cinta…Maafin Cinta….

Doakan Papa jadi orang tua yang baik. Maafkan Papa atas kesalahan Papa selama ini. Papa juga sayang Cinta dan Papa juga yakin, Mama sangat sayang dengan Cinta.

I Love U….Cinta

I Love U….Mama

I Love U….Lateefa

16 Februari 2009

ANJING......Manajemen......!!!!!



Mana yang katanya besar....???
Mana yang katanya sedang Berlari....???
Mana yang katanya Merangkak untuk berdiri tegak....???

Semuanya Cuma Satu....!!!
Bullshit....!!!
Anjing....Manajemen...!!!

Tidak ada lagi yang bisa membuat besar
Tidak ada lagi yang bisa membuat berlari
dan Tidak ada lagi yang bisa membuat merangkat untuk bisa berdiri tegak....

Sekali Lagi....
Cuma Satu....
Anjing....Manajemen....!!!

06 Februari 2009

Kabar Para Matahari...



Pagi ini, cuaca masih saja mendung. Rintik hujan yang tak kunjung reda memaksaku untuk tetap berjalan menuju kantor. Seperti biasa, setelah terbangun pagi tadi, HP menjadi tujuan utamaku. Sekedar melihat pesan pendek yang belum terbaca. Ehm...tidak ada perintah hari ini. Tapi, seorang kawan memberikan kabar melalaui teleponnya jika IPDN diduga sedang berbuat ulah, kembali.

"Mang, praja IPDN aya nu maot deui. Saha budak SINDO anu ka ditu?," kata dia.

Sekejap, otakku langsung berfikir siapa yang akan ditugaskan kesana. "oh, nyak mang, engke urang ningali heula saha anu kaditu. Nuhun info na," ucapku.

Informasi ini langsung menjadi pikiran awal untuk hari ini dan siapa yang akan mengambilnya nanti. Sempat terfikir, "Matahari" itu yang bisa menggarap habis kejadian-kejadian besar di IPDN. Tapi, secepat kilat juga keinginan itu terhenti. Tidak mungkin lagi penugasan ini ku serahkan padanya. Karena, "Matahari" itu sudah tidak lagi dipihakku.

Ach..."gw aja gitu yang merapat kesana," Keinginan ini sempat terbesit dalam hatiku. Tapi, aku coba memberikan kabar ini kepada sejumlah rekan yang mungkin sedang berada dilapangan dan masih teringat percakapan semalam, seorang kawan meminta penugasan jika memang dibutuhkan.

Tanpa basa-basi, diriku langsung mengirimkan sms dan memberikan informasi awal yang ku peroleh tadi. "Mang, praja IPDN ada yang tewas lagi. Tolong dicek, amankan foto-fotonya. Mendagri juga ada di IPDN," pintaku untuk menggarap bahan berita ini.

Setalah merasa "aman" memberikan penugasan ini, aku langsung bergegas pergi ke kantor. Walaupun, sebenarnya tidak terlalu yakin dengan permintaan yang kuberikan padanya. Dan, ternyata memang benar, penugasan ini "dilempar" kembali ke teman yang lainnya.

"Mang kumaha ieu, urang dititah ka IPDN? trus, kemilau Jabar kumaha?,"
"Saha anu nitah? Udah, tetap garap Kemilau Jabar, Yang IPDN sudah ada yang ditugaskan" kataku

Keinginan untuk terjun langsung kelapangan langsung hilang dengan rasa kekesalan. Ketegaskan kembali kulakukan melalui SMS. "Ka, ente garap IPDN, Rudini tetap garap Kemilau Jabar. Ugi, bahan sosok minggu ini siapa?" isi SMS-nya.

Perlakukan seperti ini menjadi sulit dan beban tersendiri bagi diriku. Longgarnya peraturan tidak bisa membuatku berbuat banyak. Wajar, kalau semua "Matahari" yang ada telah terbenam dan menghilang dalam kegelapan. Tapi, tetap saja penugasan ini harus diselesaikan dengan profesional.

Dalam perjalanan ke kantor, aku sempat melamun. Seandainya saja, "matahari-matahari" itu masih ada, mungkin tidak akan serepot ini. Tidak pernah merasa "Panas". Jalan-jalan pasti akan tetap mendapatkan sinarnya yang terang. Khayalan ini menjadi keinginan untuk mengembalikannya seperti semula.

Namun, aku tidak ingin menjadi gelap karena ditinggalkan mereka. Masih ada "Matahari" lain yang tersisa. Bahkan, mungkin saja sinarnya lebih terang dari yang pernah ada. Teruslah bersinar para "Matahari". Tidak ada yang beda dari kalian.

Sukses kawans, BRAVO....


04 Februari 2009

Kembali Hilang II....


"Gi, ente keur sibuk teu?,"
"Heunte, kunaon?"
"Lamun heunteu Urang rek ngobrol, ayeuna urang di tukang,"
"Ehm...okelah,"

Percakapan singkat ini terjadi, setelah Samsung hitam milikku bergetar dimejanya dan langsungku angkat. Percakapan ini kembali mengingatkan akan terjadi sesuatu. Tanpa, basa-basi diriku langsung beranjak dari meja dan membawa dua hp milikku untuk menghampirinya yang sudah duduk disofa belakang.

Arrggghhhhh.....lagi-lagi obrolan ini menjadi serius dan menjadi lebih serius setelah diriku mendengar keputusannya. "Muali isukan, sigana urang geus moal didieu,"....

Hah...kembali tidak bisa menahan, tidak bisa berbuat banyak dan tetap berusaha untuk menjadi pendengar setia. Mengikuti keputusannya yang sudah bulat untuk lepas dari sini. Sama seperti sejumlah kawan yang sudah mendahuli langkah "pelepasan" ini.

Anjing...........

Ada yang bisa melakukan sesuatu tidak dengan keberadaan sekarang. Apa memang disengaja untuk dikebiri dan menginginkan kekacauan. Diriku tidak bisa melakukan banyak untuk kejadian ini. Dan, mungkin hal serupa akan kembali terjadi, besok, lusa, minggu depan, dan puncaknya bulan depan.

Ehm....selamat jalan kawans. Sekali lagi, selamat. Posisimu, tidak membuat diriku dendam sedikit pun. Gw hanya menyesalkan kondisi yang ada diatas kita. Semoga keburukan ini tidak berangsur lama. Goodbye .....

21 Januari 2009

"....Aku dah Gak Kuat Lagi...,"


Andai semua bisa berucap lantang. Diriku bakal mengatakan TIDAK. Tapi, semua ini terus saja mengalir tanpa batas. Tidak bisa ditahan.

Semuanya semakin surut. Tidak pernah ada lagi gelombang keyakinan. Tidak pernah ada lagi hembusan semangat. Semuanya, hening untuk menunggu. Seakan semuanya sedang menanti malaikat menjemput.

Hah...tidak ada yang bisa menjawab semua kepastian ini. Hanya bisa menunggu. Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Tenaga yang ada sudah habis termakan impian. Keinginan untuk melanjutkan tidur ini, sepertinya semakin kuat. Udara diluar mungkin yang memaksa untuk melanjutkan peristirahatan itu.

Ehm...tidak bisa berbuat banyak dengan persidangan alam ini. Tidak ada yang bisa melawan juga dengan hakim yang ada didepannya. Padahal, meja hijau itu tidak terlihat. Namun, vonis yang diberikan lebih memuaskan dari hukuman mati sekali pun.

Malam ini, tanda-tanda peristirahatan itu semakin besar. Tanpa disadari, proses peradilan alam terus berlangsung. Semakin banyak yang berfikir. Mungkin, semakin banyak juga yang ingin melakukan pembelaan dalam pengadilan ini. Butuh seorang pangacara luar biasa agar kasus ini terlepas dari jerat hukum yang ada.

"....Aku dah Gak Kuat Lagi,"...isi SMS yang masuk ke HP-ku malam ini. Beberapa jam sebelumnya, SMS serupa juga mengabarkan perpisahan. Apakah ini tanda untuk perpisahan juga???

Ehm....Selamat Malam....

20 Januari 2009

Walau Habis Terang


Ku terbiasa tersenyum tenang Walau aaaa..
hatiku menangis
Kaulah cerita tertulis dengan pasti
Selamanya dalam pikiranku

Lupakan semua tinggalkan ini
Ku ‘kan tenang dan kau ‘kan pergi

Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cinta ku terangi jalanmu

Di antara beribu lainnya
Kau tetap
Kau tetap
Kau tetap benderang

19 Januari 2009

Selamat Datang Dunia Baru....


Seperti terlahir kembali dalam dunia baru. Bersih, tak dosa, fitri, dan kembali pada babak baru. Semua ini akan berjalan layaknya seorang bayi yang baru lahir ke bumi. Menangis, merengek, belajar duduk, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari untuk mencapai tujuan baru.

Kenangan manis dan pahit yang pernah singgah tidak akan pernah terungkit kembali. Hanya ada harapan baru dan impian baru untuk menuju lebih baik. Kini, buku-buku lama itu sudah musnah terbakar bersama kebencian. Tidak pernah ada lagi sisa masa lalu. Semua itu hanya sebuah pengalaman dan pelajaran hidup.

Yang ada hanya lembaran baru berwarna putih. Tinggal kesucian yang akan dicoretkan seiring sisa usia. Semoga tidak ada lagi buku-buku serupa. Dunia nyata sudah berdiri kokoh didepan. Seharusnya, sejak dulu perjalanan ini dilakukan. Tapi, jawaban itu muncul sesaat lalu. Kini, hanya keihklasan yang bisa menembus semua dunia baru ini.

Kita Tutup saja kisah ini....

Abu-Abu Itu Sudah Jadi Hitam....


Tidak ada lagi pilihan. Semuanya sudah terjawab. Yang selama ini ragu, kini sudah diputuskan untuk terpilih. Jawabannya memang sedikit menusuk. Tapi, apa boleh buat. Inilah pilihan. Abu-abu yang selama ini mungkin bisa di putihkan ternyata sudah jelas berwarna hitam. Jadi, tidak ada lagi keraguan yang bersemayam dalam lingkungan ini.


Yah, tidak perlu lagi menunggu. Tidak perlu lagi berharap. Semuanya sudah sangat jelas dan transparan. Warna ini akan menjadi identitas mutlak. Tidak ada lagi waktu yang terbuang dengan ketidakjelasan selama ini.


Abstrak memang, tapi cukup meyakinkan dengan pilihan ini. Semua garis, jalan, dan, waktu sudah semakin jelas dan mulai terlihat bersih. Tak ada lagi dosa-dosa besar yang harus diperbuat. Saat inilah pilihan itu datang dan mulai saat ini pilihan itu akan dijalankan.


Semuanya akan kembali normal...Semoga...

Kembali Hilang...


"Bos, aku mau ngobrol nih. Ga begitu penting sih...," kata anak ini.

"Ehm...mau ngobrol apa? sepertinya, tetep penting nih," jawabku singkat.

"Iya bos, aku mau resign. Sebenernya, sudah dipikirkan sejak Desember lalu. Tapi, baru sekarang diomonginnya. Aku juga sudah bawa suratnya," timpal dia.

Jatuh lagi satu formasi kekuatan SINDO yang seharusnya bisa bertahan. Tapi, apa boleh buat. Surat pengunduran diri yang ada ditanganku sudahku baca. Tertanggal 19 Januari, anak ini mengajukan permohonan diri untuk "lepas" dari Satuan SINDO Jabar. Tidak tanggung-tanggung, surat super kilat ini, gw terima disaat semuanya memang tidak jelas.

Ach...siapa lagi yang akan melakukan hal sama dengan anak ini. Berapa banyak lagi surat pengunduran diri yang harus gw arsipkan. Harus mengumbar apa lagi disaat semuanya ini semakin tidak jelas. Posisi yang cukup sulit.

Harapan untuk mendapatkan penjelasan yang semakin baik. Ternyata sangat diluar dugaan. Tidak ada satu kalimat pun yang indah untuk didengar. Bahkan untuk dijadikan jaminan bertahan membangkitkan kembali semangat yang sudah lama luntur. Sekarang, pilihan ini berada dimasing-masing orang.

Dengan posisi gw sekarang, tidak banyak yang bisa dilakukan. Gw hanya bisa menerima, membaca, dan sedikit memberikan harapan pada mereka yang sudah menemukan dunia baru. Tidak bisa menahan, apalagi meminta. Toh, apa yang mereka minta pun tidak pernah dikabulkan sebagai jaminan untuk bertahan. Tidak pernah muluk-muluk yang mereka minta, hanya kejelasan, konsistensi, dan perbaikan. Cukup itu. Tapi, tidak pernah ada yang dengar.

Gw sendiri, untuk mendesak keatas selalu mentok dengan sistem yang ada. Sedikit-sedikit berubah, tidak ada yang jelas. Hari ini A, dua bulan kemudian B, bahkan Z. Sekarang, sistem peng-gaji-an pun akan memindahkan jalur pada perbankkan yang baru. Harus, buka lagi no rekening baru. Ach...Shit...

Selalu disibukkan dengan urusan semacam ini. Kapan harus bangkitnya....masih banyak yang perlu diperbaiki. Kapan mau bergeraknya, toh selama ini masih jalan ditempat atau mungkin sedang jalan mundur ke jalur masa lampau....

Yah...Tanpa basa-basi, akhirnya hanya bisa mengucapkan "Selamat tinggal kawans. Semoga, menjadi lebih baik disana,"....

17 Januari 2009

Episode II...


Entah kenapa, hampir setiap hari, gw selalu mengintip layar orang koplok asal Subang itu. Tidak ada yang menarik sebenarnya dari yang dia postingkan disana. Pengakuannya yang jago desain pun ternyata biasa saja buat gw. Hehehe, dasar koplok. Tapi, kenapa gw selalu saja mengintip aktivitasnya disana.

Entah apa yang bisa memperhatikan postingan orang ini. Mungkin dari beberapa uraiannya ada hal-hal sama dengan apa yang pernah gw alami dulu. Berbagai persoalan hidup dan pengalaman terburaikan dalam tulisannya. Mungkin, kita sama-sama laki-laki. Sama-sama beristri. Sama-sama memiliki cinta hidup dan kasih sayang abadi. Tapi, siapa yang bajingan atau homo, gw gak tau.

Terlepas dari semua itu, postingan terakhir orang ini cukup menggelitik. Pemikirannya seakan benar. Apakah ini pengalaman pribadinya (hanya coba menebak) atau memang melihat kondisi sosial yang terjadi dilapangan. Tapi, tetap saja dari postingan itu sangat menggelitik. Mungkin ada benarnya dan memang terjadi.

Kenapa banyak wanita lebih senang mendekati pria yang sudah beristri atau berkeluarga. Apakah lelaki beristri itu lebih dewasa, care, ngemong, atau hanya enak diajak ngobrol saja? Tidak bisa juga para wanita itu disalahkan karaena keterdekatannya dengan laki-laki beristri. Semua ini menjadi pertanyaan.

Episode Cinta dan sayang kali ini yang mungkin bisa menjawab semua itu. Dua kata itu akan menentukan semua perilaku tersebut. Tidak hanya wanita, si pria yang sudah beristri pun terkadang hanyut dalam pertempuran ini.

Siapa yang harus bertanggungjawab? Menyalahkan Cinta? Atau haruskah melarang seseorang untuk jatuh cinta? Kehadiran Cinta tidak bisa dilarang. ehm...untuk mencari jawabannya? Silahkan temukan sendiri. Cari jalan terbaiknya. Cinta memang tidak bisa dihindari. Tidak diketahui kapan dia akan datang, dimana dia akan berdiam, atau kemana cinta ini akan melangkah. Hanya saja jangan pernah bermain api jika tidak ingin terjadi kebakaran hebat disekelilingmu.

16 Januari 2009

Ruang Waktu...


Kenapa? Kondisi ini masih seperti kemarin? Masih ada rasa? Belum hilang 100 persen. Kata orang bumi selalu berputar. Kadang mereka diatas. Tapi, dilain waktu mereka juga ada dibawah.


Lorong waktu itu yang menandakan semua keadaannya masih berada dibawah. Belum ada perubahan di kehidupan ini. Masih menginjak pada Lumpur yang sama. berwarna putih, sedikit manja, terkadang dewasa. Tapi, itu yang membuat jejaknya sulit dilupakan. Semuanya masih berterbangan dilingkungan sekitar sini.


Apa yang salah. Kehidupan inikah? Atau ada yang lebih parah dari semua itu. Tidak bisa dipungkiri, Lumpur-lumpur putih ini sangat indah. Setiap diinjak langsung gelap, tidak terlihat. Tidak ada cahaya sedikit pun. Kalau pun ada, cahaya itu hanya hadir dalam pikiran saja.


Berjalan dalam kegelapan memang tidak mudah. Membutuhkan sesuatu yang lebih agar bisa melangkah. Mata dan pikiran ini yang selalu bergerak mencari cahaya untuk tetap bisa menemani perjalanannya. Mungkin, karena gelap itu yang membuat terdiam tak bergerak.


Harus sampai kapan langkah ini terpijak pada lumpur putih itu. Waktu tidak menjamin semua ini. Kondisi juga tidak menjanjikan cahaya abadi itu akan datang. Berkelana dalam ruang ini hanya bisa membuat rindu yang terulang.


Terkadang masih menginginkan untuk kembali pada lorong gang rumah mu. Sesekali juga ingin mengunjunginya kesana. Masuk dalam kamar kecil mu dan tertidur disana. Tapi, percuma, semua sudah terlepas. Hanya menyisakan rahasia bersama. Tidak bisa dilepas dengan segera. Walau pun, keinginan itu selalu ada.

13 Januari 2009

Damon Banyak Yang Nyari...


Tak disangka, ternyata status di YM sangat bombastis. Keberadaan "Damon" dan apa itu "Damon" menjadi pertanyaan bagi sebagian orang. Bahkan, mungkin saja dari sebagian orang ini ada yang mengetahui apa itu "Damon". He he he he....lucu juga.

Tapi, hari ini, tanpa disangka "Damon" telah muncul tanpa sepengetahuanku. Kehadirannya itu seakan sedang menunjukan bentuk jiwa emosinya. Kekesalan ini yang mungkin membuat "Damon" muncul kepermukaan dan sempat berpesan singkat.

Jangan lihat apa yang dipesankan "Damon". Tapi, kepedulian "Damon" untuk hadir dipermukaan sudah membuat gw mengetahui kondisinya. Tak dipungkiri memang rindu dengan "Damon". Keberadaan "Damon" memang sedang dicari. Seandainya "Damon" itu bebas dan bisa berbuat apapun, mungkin tidak akan seperti ini. Sekarang, "Damon" memang banyak yang nyari...

08 Januari 2009

Matahari-ku


Kenapa dengan Matahari-ku? Semuanya terlihat kesal, marah, rindu, emosi, khawatir, putus asa, lemah, dan cengeng. Semuanya seakan tidak ada lagi kata semangat untuk terus berjuang. Beberapa sempat melontarkan ketidaktegasan, ada yang menyebutkan sangat tidak manusiawi, dan sisi lainnya mengatakan diperlukan konsekuensi.

Mungkin ini adalah kejenuhan yang melebihi batas. Titik yang sudah melebihi nadirnya. Terlalu jauh menyimpang dari jalur yang ada. Membutuhkan energi besar untuk mengembalikan ke awal. Persidangan alam sedang berlangsung dalam lingkunganku. Semuanya terasa hening, berkonsentrasi, terfokus pada satu masalah lama yang tak kunjung terselesaikan.

Kesempatan untuk mengembalikan ke titik awal akan menjadi penerbangan yang melelahkan. Semuanya tertuju pada satu kendali manual. Tidak ada yang otomatis. Sayap ini sedang mengalami kelelahan janji. Termasuk diriku. Semua terhipnotis dalam harapan dan mimpi...

Ehm...Semoga saja malam kelabu ini tidak terlalu lama. Semua bisa kembali pada keadaan yang menyenangkan, membahagiakan, dan penuh hasrat yang penuh nafsu seperti dulu. Semoga saja...

Jika tidak...Selamat Tinggal Semuanya...Aku akan kembali pada dunia lama.

02 Januari 2009

Apakah Ini Bencong Sumatra...???


Tahun Baru 2009 sudah berlalu. Kemeriahan malam tahun baru sudah tinggal kenangan. Kebisingan dan semangat sebagian orang untuk menghabiskan sisa malam 2008 sudah terkubur dalam masa lalu. Sekarang, yang ada hanya harapan baru dan keinginan untuk menghadapi tantangan baru kedepan.

Malam ini, Gw memaksakan diri untuk datang ke kantor. Berharap sesuatu yang baru dan dukungan terhadap apa yang sudah gw lakukan. Tapi, ternyata masalah yang ada soal kenangan masa lalu. Padahal, hari ini sebenarnya Gw sedang bebas tugas. Gw mengajukan izin sehari untuk tidak bisa memegang "kemudi" Biro Jabar. Keperluan keluarga yang memaksa gw harus mengajukan izin libur ini.

Kedatangan gw ke kantor malam ini bermula dari ajakan seorang kawan di Biro. Seperti biasa, setiap pagi, gw mencoba untuk telp temen2 yang ada dilapangan. Untuk hari ini, Mang Wisnu yang gw telp pertama. Tanpa berpanjang lebar, gw langsung menanyakan posisinya dan sedang dimana serta ada apa yang bagus? "Sepi euy..." jawab mang Wisnu.

Tapi, dari percakapan ini. Mang Wisnu langsung mengalihkan pembicaraan gw. Dia mengajak gw untuk "berdiskusi" di Kantor malam ini. Dengan alasan, karena sudah lama tidak berbincang-bincang dan membicarakan banyak hal, ajakan ini ditujukan buat gw.

Dari percakapan itu, gw langsung bisa menerima pesan yang dimaksud mang Wisnu. Tanpa, basa-basi, gw langsung meng-iya-kan dan menjanjikan akan datang nanti malam ke kantor. Sementara, seharusnya gw hari ini bisa lebih lama bermain dirumah bersama buah hatiku. Demi harapan baru dan kekhawatiran yang gw sudah prediksi sebelumnya, akhirnya langsung saja tepat pukul 18.30WIB.

Prediksi gw ternyata benar. Tentang Rolling temen2. Gejolak ini dimulai dari hasil keputusan Rolling temen2 yang gw umumkan, Sabtu (27/12) lalu. Beberapa, reporter terpaksa menempati posisi baru. Tapi, ada juga yang kembali ke pos lama dengan semangat baru (berharap) dan tetap pada posisi lamanya. Keputusan ini jujur gw lakukan murni dari hasil pemikiran sendiri. Tidak ada campur tangan dari orang lain. Diakui, memang tidak ada kompromi sebelumnya dengan orang yang akan gw geser ke posisi baru itu.

Konsekuensi yang muncul sudah gw pertimbangkan. Termasuk gejolak yang ada sekarang ini. he he he....Gw melihat semua ini sangat lemah dan manja. Bahkan, lebih banci dari bencong yang sering mangkal di pinggir jalan Sumatra, Bandung. Kenapa??? Iya...dijalani saja belum, sudah mengeluh melebihi banci yang gw sebut tadi.

Sehari sebelumnya, gw sudah diajak "berkompromi" dengan tiga reporter yang terkena rolling. Jujur, dari pembicaraan gw dengan tiga reporter itu, hanya satu orang yang gw anggap masih pantas untuk digeser ke posisi yang lebih aman. Karena, orang ini memang memiliki lebih banyak kekurangan dibandingkan yang lain dan belum tentu jika dipaksakan diposisinya itu, dia akan bertahan.

Tiga orang ini, Dede Ibin Muhibin reporter Bandung Raya yang gw geser ke Kabupaten Garut menggantikan Gingin yang ditarik ke Bandung. Raka Zaipul reporter halaman rubrik khusus yang menggantikan Iwa di Kabupaten Bandung dan Iwa sendiri gw tarik ke Bandung menempati halaman Politik Pemilu bersama Radi. Keputusan ini semua berlaku pada 1 Januari 2009, kemarin.

Dari tiga orang yang berkompromi ini masing-masing mengeluarkan alasannya kenapa mereka enggan untuk dipsosisi baru itu. Dede Ibin dengan hati-hati melontarkan alasannya kenapa dia enggan di Garut. Berdasarkan alasan Dede, saya sendiri masih menerima dengan akal dan perasaan. Karena, seperti yang saya bilang. Dede masih ada kemungkinan untuk digeser. Tapi, saya hanya meminta waktu agar dia bisa mengisi sementara kekosongan di Garut. Karena, Pertimbangan kekurangan SDM dihalaman Priangan. Jika, memang dipaksakan Garut harus kosong seperti Sumedang, beban berita akan berimbas pada Nanang dan Ujang yang mengisi halaman itu.

Apakah terpikirkan bagaimana jika salah seorang dari mereka harus libur mingguan atau berhalangan masuk??? Makanya, gw memberikan penjelasan kepada Dede agar mengerti posisi barunya ini. Cobalah untuk dijalani dulu. Walaupun, upaya untuk mengundurkan diri dari dia juga sempat terlontar, jika memang tidak nyaman bekerja pada posisi barunya ini.

Alasan lain juga muncul dari Raka Zaipul yang mengisi pos Kabupaten Bandung menggantikan Iwa. Dengan pertimbangan daerah liputan yang jauh (Bandung/rumah-Soreang-Bandung/kantor), ongkos yang mahal, bensin Rp25 rebu/hari karena motor yang boros, dan setelah liputan dari soreang harus kembali lagi ke kantor di Jalan Aceh No62 dan alasan lain yang pada intinya berat pada mahalnya biaya liputan dengan penghasilan yang minim. Semua ini dia pertimbangkan sesuai pengalaman pribadinya. Kekasihnya yang tinggal di Kawasan Kopo menjadi salah satu contoh dalam perhitungan ini.

Yah, alasan panjang itu gw dengar sebagai masukan dari seorang kawan dan patner kerja. Gw juga mencoba memberikan argumen dengan pengertian dan memahami kondisi yang ada. Termasuk yang dilontarkan Iwa. Dia juga memberikan alasannya kenapa enggan untuk menempati posisi baru di desk Politik dan Pemilu. Celotehan panjang ketiganya ini gw "telan" dan cermati.

Bahkan, teman lainnya juga memiliki pandangan berbeda. Pertimbangan kemanusiaan dan Hati menjadi alasan kuat menurutnya. Kenyamanan kerja, santai, enak, kekeluargaan, kebersamaan, teamworks, dsb dikeluarkan sebagai alibi kuat untuk mencari agar semuanya menjadi nyaman.

Aduh...perasaan...hati....nyaman....gejolak...mengeluh...dan lainnya...muncul sebagai kalimat yang sudah tidak asing lagi ditelinga gw. Kontrak untuk berkompromi mencari kenyamanan sudah ditawarkan semurah mungkin, bahkan gratis. Tapi, masih saja selalu kurang dan mungkin tidak pernah puas dengan yang ada.

Ehm...sekarang. Siapa yang akan "bertahan" atau akan "berjalan" bersama kebersamaan akan semakin terlihat. Semua akan menunjukan Buktinya, mana yang memang peduli dengan hati dan kebersamaan. Masa sulit ini akan terus berdiam jika tidak ada perubahan.

Perubahan yang dibutuhkan tidak hanya keluhan-keluhan. Tapi, bentuk nyata untuk mewujudkan perubahan yang ada menuju yang lebih baik.